Angkutan Umum Saja
Tidak Akan Mengurangi Macet
Malam semuanya. Mari
dibuat cepat saja agar kita lebih cepat untuk jual susu kolostrum. Berhubung ini juga sudah mulai larut malam. Selamat
menikmati arrtikelnya. Semoga bermanfaat.
Pertengahan November 2012, saya menulis
tentang kemacetan yang melanda makin banyak kota-kota besar di Indonesia, serta
perlunya sistem angkutan umum. Warga kota se-Indonesia perlu berhimpun meningkatkan
tuntutan akan sistem transportasi umum sebab hal itu akan menentukan kenyamanan
dan daya saing kota.
Penyebabnya, angkutan umum hanya dapat
mencegah pertumbuhan persentase perjalanan yang menggunakan mobil. Tetapi ia
tidak dapat berbuat apa-apa dalam mengurangi pertumbuhan keseluruhan
perjalanan/trip. Apalagi di tengah pertumbuhan ekonomi dan tata ruang yang salah.
Studi Jakarta Urban Transport Policy and
Implementation pada tahun 2011 menunjukkan pada tahun 2002, 14 persen total
perjalanan dilakukan dengan mobil pribadi. Pada tahun 2010, angka ini menyusut
tinggal 9 persen.
Mari kita budayakan
minum susu kolostrum. Bisa digunakan
sebagai penangkal radikal bebas karena lama di jalan.
Ini artinya warga Jakarta yang bepergian
dengan mobil pribadi semakin sedikit — jika dibandingkan moda transportasi
lain. Tetapi bukan berarti jumlahnya lebih sedikit. Karena seiring peningkatan
jumlah trip, jumlah mobil 9% tahun 2010 jadi lebih banyak dari mobil 14% tahun 2002.
Bagaimana dengan bus kota? Sama, menurun juga.
Dari 40% (2002)
menjadi sekitar 20% (2010). Peningkatan justru terjadi sepeda motor. Pada 2002, jumlahnya
masih 20% tetapi
pada 2010, melonjak dua kali lipat jadi 40%.
Ketika kita bicara macet, inilah jelas
penyebab macet itu. Yakni 9 persen perjalanan dengan mobil pribadi — yang
menyebabkan gangguan bagi semua yang lainnya. Apakah 9% itu tinggi?
Mari kita bandingkan. Di New York City, mobil
pribadi mengambil 29% total perjalanan. Di Singapura 33 persen. Tokyo 12% sementara Warsawa 34%. Persentase warga yang
memakai mobil pribadi di kota-kota itu jauh lebih tinggi dari Jakarta!
Dari sini terllihat persoalannya bukan sekadar
penggunaan angkutan umum versus mobil pribadi, melainkan perkara jumlah total
perjalanan yang terus meningkat.
Mari kita bersama-sama
jual susu kolostrum agar banyak
orang yang tidak sakit dan hidupnya sehat. Ini merupakan bagian dari berbuat
baik lho.
Bila angkutan umum Jakarta diprioritaskan
untuk mengangkut yang 9 persen itu, tentu ongkos angkutnya akan jadi sangat
mahal. Tanpa subsidi, tidak mungkin terjangkau bagi warga yang 91 persen
sisanya.
Berharap agar angka penggunaan mobil pribadi
terus berkurang adalah mimpi siang bolong dan salah arah. Dengan kondisi
seperti sekarang, berharap agar penggunaan angkutan umum makin meningkat juga
mimpi bodong. Yang harus dikurangi, bagaimana pun juga, adalah: pertumbuhan
jumlah trip. Terutama yang dengan mobil.
Seberapa hebat pertumbuhan perjalanan (trips)
di Jakarta? Sebagai ilustrasi, jumlah perjalanan dari luar Jakarta menuju pusat
kota, dari tahun 1985 hingga 2002, telah meningkat 10 (sepuluh) kali lipat.
Sebagian tentu dengan mobil.
Karena itu, tata ruang dan kebijakan
permobilan tersendiri menjadi penting. Hanya tata ruanglah yang dapat mengatur
agar perjalanan yang memerlukan mobil berkurang. Bayangkan apabila orang pergi
bekerja ke tempat yang tak terlalu jauh, yang terjangkau tanpa mobil.
Diberitahukan bahwa
belum lama ini ada orang kaya baru karena jual susu kolostrum c2joy. Mari kita ikuti jejaknya
Sementara itu, kepemilikan dan pemakaian mobil
perlu dibuat mahal.
Memang benar rasio jalan dan mobil di Jakarta
rendah. Tapi itu tidak serta-merta berarti jalan yang harus ditambah. Sebab,
bisa juga pemakaian mobil yang dikurangi.
Pokok soalnya, menambah prasarana tidak akan
menyelesaikan solusi secara lestari; karena akan terus terlewati setelah tiap
jangka waktu tertentu. Ini analog dengan soal banjir. Menambah terus-menerus
prasarana pengaliran air, tanpa memulihkan alam menyerap/menahan lebih banyak
air, akan berakhir dengan penuhnya prasarana itu, lagi dan lagi.
Membangun prasarana yang demikian itu hanya
mengobati gejala, seperti aspirin, bukan memecahkan akar masalah.
Artikelnya sudah
selesai. Begitulah yang bisa disampaikan. Mari segera kita jual susu kolostrum agar bisa membantu banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar